Kampung Pelangi di Semarang menarik perhatian pengguna media sosial di Indonesia hingga dunia. Namun apakah proyek senilai Rp3 milyar ini mampu meningkatkan taraf ekonomi warga miskin di sekitarnya atau hanya sekedar tren foto Instagram saja?
Banyak wisatawan lokal datang ke kampung ini terutama pagi dan menjelang sore. Lidia asal Bekasi misalnya tahu tentang kampung ini dari unggahan di media sosial. Dia kebetulan singgah di Semarang, dan akhirnya menyempatkan diri mampir, untuk melihat dan berselfie.
Kampung Gunung Brintik beberapa bulan yang lalu adalah kampung kumuh yang tak tertata dengan rimbunan tanaman liar dan tembok-tembok merah tak berplester. Letaknya persis di pinggir Kali Semarang dengan kurang lebih 325 rumah. Namun beberapa pekan terakhir, kampung ini berubah rupa, dan juga berganti nama: menjadi Kampung Pelangi yang penuhi warna-warni.
Proyek ini bermula dari rencana perbaikan Pasar Bunga Kalisari yang diinisiasi pemerintah kota tahun lalu. Pasar bunga yang berada persis di depannya itu diharapkan menjadi destinasi wisata baru dengan renovasi sekitar Rp9,6 milyar.
(Tapi) setelah perbaikan itu selesai pada Desember lalu, kita lihat keindahan pasar tidak didukung oleh perkampungan di belakangnya yang merupakan kawasan kumuh
Dari situlah muncul ide untuk melakukan renovasi kampung dengan proyeksi anggaran sekitar Rp3 milyar. Namun proyek ini tidak bisa didukung oleh anggaran pemerintah karena tidak semua rumah di sana tergolong miskin, sehingga pendanaan akhirnya dikumpulkan dari sumbangan, dana CSR perusahaan, hingga uang pribadi.
Menarik perhatian dunia
Ini tentu bukanlah kampung bercat warna-warni pertama di Indonesia. Sejumlah daerah seperti Malang, Balikpapan, dan Lubuklinggau juga memiliki konsep kampung tematik yang serupa.
Tapi foto-foto yang banyak diunggah di media sosial media asing ramai membicarakannya. Sebutlah media Inggris, The Independent dan Mirrorhingga situs konten media sosial seperti BuzzFeed dan BoredPanda.
"The Tiny Rainbow Village That's Sparking an Instagram Craze (Kampung Pelangi yang kecil ini memicu kegilaan di Instagram)," kata situs fesyen Vogue.
"Dari perumahan reyot menjadi kampung pelangi: kota kumuh disulap menjadi tempat wisata populer berkat polesan cat," tulis Mirror.co.uk.
"Tidak beda jauh dengan foto-foto yang beredar, puas banget bisa sampai di kampung pelangi Semarang," katanya seperti dilaporkan oleh Erna Virnia, reporter Elshinta Semarang, mitra radio BBC Indonesia.
Lainnya mengaku senang karena bisa melihat langsung kampung berwarna-warni yang mirip dengan di kota Malang. "Senang, karena setahu saya adanya di Jawa Timur," kata Winda.
Agar tak lagi miskin
Wali kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan bahwa perbaikan di Kampung Pelangi ini diharapkan tak hanya sekedar luarnya saja. "Kami ingin mengubah sebuah wilayah yang terlihat kumuh dan sebagian warganya hidup di bawah garis kemiskinan, bisa menjadi perkampungan yang nyaman ditinggali dihuni dan kesejahteraan mereka menjadi lebih baik."
"Harapannya ini bisa menjadi role model pengentasan kampung miskin yang lain di Semarang," sambungnya. Setelah mengecatan tahap pertama rampung untuk sekitar 240 rumah, tahap dua akan dilakukan segera.
Hak atas foto Erna Virnia Image caption Setyaningsih menjual miniman dingin setelah banyak orang datang berkunjung.
Setyaningsih, warga kampung, mengatakan perubahan ini menguntungkan bagi ekonomi keluarganya. "Kampungnya jadi ramai, dulunya saya tidak jualan, sekarang jadi jualan, sudah tiga minggu," katanya yang menawarkan berbagai minuman dari dingin.
"Pengunjungnya malah tidak sabar tidak dibuka, belum dibuka sudah ada pengunjung. Pagi jam 6-7 sudah ramai, siang sepi, nanti menjelang sore ramai lagi. Sehari kira-kira dapat Rp200.000."
Proyek Kampung Pelangi belum sepenuhnya rampung karena sejumlah rumah masih terlihat kumuh dan rusak. Sekitar 100 rumah, menurut pemerintah kota, masih belum dicat dan pihaknya berencana untuk melakukan perbaikan segera.
0 komentar:
Posting Komentar